Jumat, 05 April 2013

Peta Konsep Strategi Belajar Mengajar Bab I dan II




A.             Pengertian Strategi Belajar Mengajar
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah tentukan.Jadi strategi belajar mengajar bisa di artikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah di gariskan.

B.             Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar
Sasaran atau tujuan bermacam-macam yakni: Tujuan intruksional khusus,tujuan intruksional umum,tujuan kurikuler,tujuan nasional,sampai tujuan yang bersifat universal.Saaran itu harus di terjemahkan ke kepada ciri-ciri prilaku yang didambakan.Tujuan universal ,manusia yang diidamkan memliki kualifikasi:a) pengembangan bakat secara optimal, b) hubungan antr manusia, c)efesiensi ekonomi, d)tanggung jawab selaku warga negara.



C.             Sistem dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Belajar mengajar sebagai suatu sistem intruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan.Selaku suatu sistem, belajar mengajar meliputi suatu komponen,antara lain tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi.Agar tujuan tercapai,semuakomponen yang ada harus di organisasikan sehingga antar suatu komponen terjadi kerja sama.dan guru harus memperhatikan keseluruhan komponen.
Berbagai persoalan yang biasa di hadapi oleh guru antara lain:
a.      Tujuan-tujuan apa yang mau di capai
b.      Materi pelajaran apa yang di perlukan
c.       Metode,alat mana yang di perlukan
d.      Prosedur pa yang harus di tempuh untuk melakukan sesuatu.

D.            Pola-Pola Belajar Siswa
Robert M. Gagne membedakan pola-pola belajar siswa ke dalam delapan tipe , yaitu antara lain:
a.       Belajar tipe 1 : signal learning (belajar isyarat)
Belajar tipe ini merupakan tahap yang paling dasar. Jadi tidak menuntut persyaratan, namun merupakan hieraraki yang harusdi lalui untuk tipe belajar yang paling tinggi. Kondisi yang di perlukan buat berlangsungnya tipe belajar ini, adalah di berikannya sitimulus (signal)secara serempak, perangsang-perangsag tertentu secara berulang kali.Contoh:Aba-aba SIAP ! merupakan suatu signal atau isyarat untuk mengambil sikap tertentu.

b.       Belajar tipe 2 : Stimulus – Respons learning (Belajar Sitimulus Respons)
Pada proses belajar ini sama dengan proses belajar bahasa pada anak-anak.Dengan belajar sitimulus –respons sitimulus ini seorang mengatakan kata-kata dalam bahasa asing. Demikian pula seorang bayi belajar mengatakan “mama”

c.       Belajar tipe 3 : Chain (rantai atau rangkaian)
Chaining adalah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R(Stimulus-Respons) yang satu dengan yang lain.Contoh: kampung-halaman, makan malam.

d.       Belajar tipe 4 : Verbal Assiociation (Asosiasi Verbal)
Baik chaining maupun verbal assiociation, kedua tipe belajar ini setaraf, yaitu belajar menghubungkan satuan ikatan S-R yang satu dengan yang lain. Contoh:mengatakan”itu bola saya”mengenal ‘bola’,’saya’,dan’itu’.Hubungan itu terbentuk, bila unser-unsurnya terdapat dalam urutan-urutan tertentu tertentu,yang satu segeramengikuti yang satu lagi(contiguity).

e.       Belajar tipe 5 : Discrimation learning (Belajar Diskriminasi)
Discrimation learning atau belajar mengadakan pembeda.Kondisi utama bagi proses belajar ini adalah anak didik sudah mempunyai kemahiran melakukan chaining dan association serta pengalaman (pola S-R). Contoh:Anak dapat mengenal berbagai merek mobil beserta namanya, walaupun tampaknya mobil itu tampak bersamaan.

f.       Belajar Tipe 6 : Concept learning (Belajar Konsept)
Concept learning adalah belajar pengertian.Dengan berdasarkan. Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan situmulus dan objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau konsep,kondisi utama yang di perlukan adalah menguasai kemahiran diskriminasi dan prosese kognitif fundamentalistal sebelumnya.

g.       Belajar tipe 7 : Rule lerning (Belajar Aturan)
Rule learning belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah. Pada tingkat ini siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoprasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif, deduktif, analisis, sistesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) sehingga anak didik dapat menemukan konklusi tertentu yang mungkin selanjutnya dapat di pandang sebagai “rule”:prinsip, dalil, aturan, hukum, kaidah, dan sebagainya.

h.       Belajar Tipe 8 : Problem Solving(Pemecahan Masalah)
Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini para didik belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respons terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi 
problematik, yang mempergunakan berbagai kaidah yang telah di kuasainya.





 A.             Hakikat Belajar Mengajar
Belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan.Artinya,tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku,baik yang menyangkut pengetahuan,keterampilan maupun sikap,bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan.

B.             Ciri-Ciri Belajar Mengajar
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai beirkut :
1.       Belajar mengajar memiliki tujuan , yakni untuk  membentuk anak didik dalam  suatu perkembangan tertentu.
2.       Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.       Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan materi yang khusus.
4.       Ditandai dengan aktifitas anak didik. Aktifitas anak didik dalam  hal ini baik secara fisik maupun secara mental, aktif.
5.       Dalam  kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
6.       Dalam  kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin.
7.       Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam  sistim berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan.
8.       Evaluasi. Dan seluruh kegiatan di atas, masalah evaluasi merupakan bagian penting yang tidak bisa diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

C.             Komponen Belajar Mengajar
Sebagai suatu sistem, tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber serta evaluasi. Penjelasan  dari setiap komponen tersebut adalah sebagai beirkut :
1.       Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam  menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa. Akhirnya guru tidak bisa mengabaikan masalah perumusan tujuan apabila ingin memprogramkan pengajaran.

2.       Bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran, proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik. Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam  pengajaran, sebab bahan adalah inti dalam  proses belajar mengajar yang akan disampaikan pada anak didik.

3.       Kegiatan belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam  pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam  proses belajar mengajar. Dalam  kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar mengajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar yang bagaimanapun, juga ditentukan dari baik atau tidaknya program pengajaran yang telah dilakukan dan akan berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai.

4.       Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam  kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi pendidikan.

5.       Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam  rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam  rangka mencapai tujuan pengajaran dan mempunyai fungsi yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan dan alat sebagai tujuan.

6.       Sumber pelajaran
Belajar mengajar telah diketahui bukanlah proses dalam  kehampaan, tetapi berproses dalam  kemaknaan. Di dalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam  proses belajar mengajar. Jadi bahan pelajaran itu diambil dari berbagai sumber.
Yang dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar. Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk mendapatkan hal-hal baru (perubahan).
Contoh sumber diantaranya:
a.      Manusia (dalam  keluarga, sekolah dan masyarakat);
b.      Buku dan perpustakaan;
c.       Mass media (majalah, surat kabar, radio, tv, internet dan lain-lain);
d.      Dalam  lingkungan;
e.      Alat pelajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, papan tulis, kapur, spidol dan lain-lain );
f.       Museum (tempat penyimpanan benda-benda kuno);
g.      Aktifitas (activities) : 1).  Pengajaran berprogram, 2). Simulasi, 3).karyawisata, 4). Sistim pengajaran modul.

7.       Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation. Dalam  buku essentials of educational evaluation karangan Edwin Wand dan Gerald W. Brown dikatakan bahwa “Evaluation refer to the act or rocess to determining the value of something”. Jadi menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah tindakan adalah suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sesuai dengan pendapat di atas, maka menurut Wayan Nurkancana dan PPN Sumartana, evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam  dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai beirkut :
a.      Untuk memberikan umpan balik (fed back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta memperbaiki program bagi murid.
b.      Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid kepada orang tua, penentuankenaikan kelas, serta penentuan lulus tidaknya seorang murid.
c.       Untuk menentukan murid di dalam  situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan dan karakteristik lainnya yang dimiliki murid.
d.      Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, yang nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam  pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul.
Adapun komponen-komponen belajar mengajar lainnya meliputi :
a.       Merencanakan yaitu mempelajari masa mendatang dan menyusun rencana  kerja.
b.       Mengorganisasikan yaitu membuat organisasi usaha, manager, tenaga kerja dan bahan.
c.       Mengkoordinasikan yaitu menyatukan dan mengkorelasikan semua kegiatan.
d.       Mengawasi dan memeriksa agar segala sesuatu dikerjakan sesuai peraturan yang digariskan dan instruksi-instruksi yang diberikan.